SEMBILAN POKOK AJARAN SYEKH SITI JENAR
Terlepas dari semua kontroversi yang entah benar atau fitnah, namun ada beberapa ajaran dari beliau yang bagus untuk di amalkan. bukan dengan serta merta meniru namun memaknai dan mengubahnya menjadi hal yang baik untuk diri sendiri dan orang sekitar dan tentu saja hanya untuk mencari kebenaran sejati dari ALLAH SWT. berikut sembilan pokok ajaran dari Syekh Siti Jenar...:
ajaran pokok yang pertama dari Syekh Siti Jenar
adalah tidak mengabsolutkan pendapat. Pendapat boleh diperdebatkan,
akan tetapi pendapat tidak untuk melindas pendapat orang lain. Munculnya
berbagai mazhab dalam berbagai agama di dunia membuktikan bahwa ajaran
agama pasca pendirinya sebenarnya merupakan pendapat yang dikembangkan
dari ajaran asal agama itu. Jadi, kebenaran pendapat adalah kebenaran
yang dibangun atas akseptabilitas masyarakat atau komunitas tempat
pendapat itu berkembang.
Ajaran pokok yang kedua adalah menjadi manusia hakiki, yaitu manusia yang merupakan perwujudan dari hak, kemandirian, dan kodrat.
Hak. Kebanyakan kita berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Perhatikanlah para pejabat kita selalu menuntut rakyat untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Menurut Syekh Siti Jenar, harus ada hak hidup lebih dulu. Inilah kebenaran! Tak ada kewajiban apa pun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi terlebih dahulu.
Tidak peduli ia dilahirkan di keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara. Salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka terpenuhi.
Kemandirian. Pemenuhan hak dan kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia hakiki. Tahap berikutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar bisa menjadi manusia yang hidup mandiri. Ia harus diarahkan agar mampu hidup yang tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian, kehidupan mandiri akan tercapai bila terjadi kesalingtergantunga n antar anggota masyarakat dan sekaligus kemerdekaan (interdependence and independence) .
Hak. Kebanyakan kita berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Perhatikanlah para pejabat kita selalu menuntut rakyat untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Menurut Syekh Siti Jenar, harus ada hak hidup lebih dulu. Inilah kebenaran! Tak ada kewajiban apa pun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi terlebih dahulu.
Tidak peduli ia dilahirkan di keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara. Salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka terpenuhi.
Kemandirian. Pemenuhan hak dan kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia hakiki. Tahap berikutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar bisa menjadi manusia yang hidup mandiri. Ia harus diarahkan agar mampu hidup yang tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian, kehidupan mandiri akan tercapai bila terjadi kesalingtergantunga n antar anggota masyarakat dan sekaligus kemerdekaan (interdependence and independence) .
Perhatikanlah keadaan ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini. Kita
amat sangat tergantung pada bantuan atau hutang luar negeri. Negara
yang dilimpahi kekayaan alam yang luar biasa ini justru dihisap oleh
negara-negara maju di dunia ini. Setiap bayi yang dilahirkan yang
seharusnya merupakan aset negara, ternyata tumbuh menjadi
manusia-manusia pencari kerja dan bahkan menjadi beban negara. Hal ini
disebabkan terjadinya manusia-manusia yang tergantung pada orang lain.
Hubungan yang terjadi adalah hubungan orang-orang lemah dengan
orang-orang kuat. Yang lemah merasa sangat memerlukan yang kuat,
sedangkan yang kuat berbuat tidak semena-mena terhadap mereka yang
lemah.
Akibat dari keadaan tersebut tambah tahun pengangguran akan semakin
bertambah besar. Yang menjadi gantungan relatif tetap, sedangkan yang
menggatungkan diri bertambah banyak. Terjadi relasi yang tidak seimbang,
sehingga kehidupan masyarakat menjadi rawan.
Kodrat. Inilah unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan masyarakat. Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan pendididikan. Tetapi kodrat harus diberikan ruang yang kondusif agar suatu bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam hal ini, pelatihan akan meningkatkan kualitas kodrat yang dimiliki seseorang.
Kodrat. Inilah unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan masyarakat. Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan pendididikan. Tetapi kodrat harus diberikan ruang yang kondusif agar suatu bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam hal ini, pelatihan akan meningkatkan kualitas kodrat yang dimiliki seseorang.
Dalam psikologi kodrat dapat dikatakan hampir sama dengan talenta.
Bila seseorang tidak diberikan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan
dirinya, maka kodratnya kemungkinan besar tak akan terwujud. Padahal,
kodrat yang ada pada diri seseorang itulah yang bisa menjadi sarana
untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya. Bila setiap orang bisa
mewujudkan kodratnya, maka akan terwujud hubungan yang saling memberikan
dan sekaligus saling membutuhkan. Setiap orang akan memiliki nilai
tawar bagi orang lain.
Harmonisasi dan ikatan antar warga negara akan menguat bila sebagian
besar penduduknya bisa mewujudkan ketiga unsur manusia hakiki tersebut.
Keragaman masyarakat pun kecil dan kesenjangan ekonomi dapat dinihilkan.
Akhirnya jati diri manusia akan muncul dengan sendirinya, dan kita akan
menjadi bangsa yang kokoh dan tidak mudah diprovokasi.
Ajaran pokok Syekh yang ketiga adalah hubungan
antara satu orang dengan orang lain merupakan hubungan kodrat dan
iradat. Hubungan satu orang dengan orang lain bagaikan hubungan kerja
dalam satu tim, sehinga tidak terjadi hubungan posisi yang memerintah
dan yang diperintah. Tak ada hubungan kekuasaan. Antara manusia yang
satu dengan yang lain terikat oleh kodrat dan iradatnya, sehingga
seperti hubungan sel yang yang satu dengan sel lainnya dalam satu tubuh,
dan hubungan organ yang satu dengan organ lainnya dalam satu tubuh.
Kalau kita amati cara kerja organ-organ dalam tubuh manusia, maka
kita akan ketahui bahwa masing-masing organ –seperti otak, penglihatan,
penciuman, pendengaran, paru-paru, jantung, hati, ginjal, usus, dan
lain-lain– akan bekerja sama, dan masing-masing menjalankan peranannya.
Seharusnya kehidupan masyarakat manusia juga demikian. Dengan mewujudkan
masyarakat yang berupa kumpulan manusia-manusia hakiki, masing-masing
orang atau kelompok menjalankan fungsinya dengan benar, maka akan
terbentuk kehidupan yang sehat dan tidak terjadi penghisapan antara
orang yang satu terhadap orang lainnya. Inilah kehidupan dunia yang
didambakan oleh Syekh Siti Jenar, yang justru sekarang tumbuh dan
berkembang di negara maju.
Ajaran pokok yang keempat : segala sesuatu di alam
semesta ini adalah satu dan hidup. Dalam salah satu pupuhnya disebutkan
bahwa bumi, angkasa, samudra, gunung dan seisinya, semua yang tumbuh di
dunia, angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan rembulan, semuanya
merupakan keadaan hidup. Jadi, semua yang ada merupakan wujud
kehidupan.
Menurut Syekh Siti Jenar yang dinamakan makhluk hidup adalah
kehidupan yang terperangkap dalam alam kematian. Zat mati tak akan dapat
menimbulkan kehidupan, sedangkan zat hidup tak akan tersentuh kematian.
Tuhan disebut zat yang mahahidup karena Dia eksis karena Diri-Nya
sendiri. Kekuatan hidup-Nya mengalir dalam alam kematian sehingga muncul
sebagai makhluk hidup. Sekarang bandingkan dengan tulisan-tulisan dari
Barat dewasa ini, akan kita temukan pernyataan mereka bahwa semuanya
satu, semuanya hidup. Dengan demikian, pandangan Syekh Siti Jenar luar
biasa. Banyak pandangannya yang justru bersesuaian dengan pandangan kaum
teosofi maupun para spiritualis dari Barat.
Bila kita menyadari bahwa lingkungan kita adalah keadaan yang hidup,
maka tentu kita akan memperlakukan lingkungan kita dengan sebaik-baiknya
karena kita dan lingkungan kita sebenarnya satu dan sama-sama sebagai
keadaan yang hidup. Bila kita menyadari tentu kita akan berhati-hati
dalam memperlakukan lingkungan kita.
Ajaran pokok yang kelima: pemahaman tentang ilmu
sejati. Dikisahkan dalam Serat Siti Jenar yang ditulis oleh Aryawijaya:
Sejati jatining ngèlmu, lungguhé cipta pribadi, pustining pangèstinira,
gineleng dadya sawiji, wijanging ngèlmu dyatmika, nèng kahanan eneng
ening. Hakikat ilmu sejati itu terletak pada cipta pribadi, maksud dan
tujuannya disatukan adanya, lahirnya ilmu unggul dalam keadaan sunyi dan
jernih.
Menurut Syekh Siti Jenar manusia haruslah kreatif karena manusia
telah diberi anugerah oleh Yang Mahakuasa untuk dapat mengaktualisasikan
ilmunya yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Jadi, ilmu sejati
bukanlah ilmu yang kita terima dari orang lain. Yang kita dapatkan
melalui indra, pengajaran dari orang lain, itu hanyalah refleksi ilmu.
Dan, ternyata sejak abad ke-20 pemahaman bahwa ilmu lahir dari kedalaman
batin telah menjadi pemahaman yang universal. Itulah sebabnya
orang-orang Barat tekun dalam melakukan perenungan dan pengkajian
terhadap tanda-tanda di alam semesta.
Jadi, harus ada suasana kondusif bagi orang-orang yang mendalami ilmu
pengetahuan. Suasana kondusif bagi ilmuwan adalah iklim kerja yang
membuat ilmuwan tersebut dapat bekerja dengan tenang, nyaman, dan bebas
dari berbagai penyebab kekalutan dan kesulitan. Dan, tentunya hak-hak
untuk dapat menjadi ilmuwan sejati haruslah dipenuhi. Ingat, setiap
orang telah diberi potensi dan talenta yang disebut kodrat. Dan, bagi
mereka yang memiliki kodrat untuk menjadi ilmuwan harus disediakan iklim
kerja yang kondusif sehingga bisa menghasilkan hal-hal yang dibutuhkan
manusia.
Ajaran pokok yang keenam: umumnya orang hidup saling
membohongi. Banyak hal yang sebenarnya kita sendiri tidak tahu, tapi
kita menyampaikannya juga kepada teman-teman kita. Hal ini banyak sekali
terjadi dalam ajaran agama. Banyak orang yang sekadar hafal dalil,
tetapi sebenarnya dia tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh dalil itu.
Akhirnya pemahaman yang keliru itu menyebar dan terbentuklah opini yang
salah.
Masyarakat yang dipenuhi dengan pemahaman dan opini yang salah sama
dengan masyarakat yang dipenuhi sampah. Masyarakat demikian pasti rawan
terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu, masyarakat harus dibebaskan
dari berbagai macam kebohongan. Masyarakat harus diajar dan dididik
untuk memahami segala sesuatu seperti apa adanya.
Agar tidak hidup saling membohongi manusia harus kembali mengenal dirinya. Setiap orang harus dididik untuk menyadari perannya dalam hidup ini. Para cerdik cendekia harus mengerti fungsinya di dunia. Orang harus diajar untuk bisa mengerti dunia ini sebagaimana adanya. Agama harus diajarkan sebagai jalan hidup dan bukan alat untuk meraih kekuasaan. Oleh karena itu, keimanan harus diajarkan dengan benar dan bukan sekadar diajarkan sebagai kepercayaan. Iman harus diajarkan sebagai penghayatan, pengalaman, dan pengamalan kebenaran.
Agar tidak hidup saling membohongi manusia harus kembali mengenal dirinya. Setiap orang harus dididik untuk menyadari perannya dalam hidup ini. Para cerdik cendekia harus mengerti fungsinya di dunia. Orang harus diajar untuk bisa mengerti dunia ini sebagaimana adanya. Agama harus diajarkan sebagai jalan hidup dan bukan alat untuk meraih kekuasaan. Oleh karena itu, keimanan harus diajarkan dengan benar dan bukan sekadar diajarkan sebagai kepercayaan. Iman harus diajarkan sebagai penghayatan, pengalaman, dan pengamalan kebenaran.
Ayat-ayat kitab suci harus dipahami berdasarkan kenyataan, dan tidak
diindoktrinasikan serta diajarkan secara harfiah sesuai dengan asal
kitab suci tersebut. Agama harus diajarkan secara arif dan bisa
dibumikan, tidak terus menggantung di langit. Agama harus diterjemahkan
dalam bentuk yang dapat dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat
penerimanya.
Ajaran pokok yang ketujuh: nama Tuhan diberikan oleh
manusia. Lima ratus tahun yang lalu Syekh telah menyatakan dengan tegas
bahwa manusialah yang memberikan nama pada Tuhan. Oleh karena itu, nama
bagi Tuhan bermacam-macam sesuai dengan bahasa dan bangsa yang
menamai-Nya. Dan, perlu diketahui bahwa Tuhan sendiri sebenarnya tidak
perlu nama, karena Dia hanya satu adanya. Sesuatu diberi nama karena
untuk membedakan dengan sesuatu lainnya. Nama diberikan agar kita tidak
keliru tunjuk atau salah sebut.
Bagi Syekh Siti Jenar, apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya
haruslah sebutan yang terpuji, yang baik, yang pantas. Bahkan dalam
Alquran dinyatakan dengan tegas pada Q. 7:180 bahwa manusia diperintah
untuk memohon kepada-Nya dengan nama-nama baik-Nya, atau al-asmâ-u
l-husnâ. Dan, pada Q.17:110 dinyatakan bahwa Dia dapat diseru dengan
nama Allah, Ar Rahman, atau dengan nama-nama baik-Nya yang lain.
Sungguh, sangat mengherankan bila di zaman sekarang ini kita berebut
nama Tuhan. Secara teoritis umat Islam dididik untuk meyakini bahwa
Tuhan itu Yang Maha Esa. Tetapi, dalam kenyataannya sebagian orang Islam
–seperti yang terjadi di Malaysia – malah meminta orang yang beragama
lain untuk tidak menggunakan lafal Allah bagi sebutan Tuhan pada agama
lain tersebut. Inilah pemahaman yang salah! Kalau kita –yang Muslim—
menolak pemeluk agama lain menyebut Allah bagi Tuhannya, maka secara tak
sadar kita mengakui bahwa Tuhan itu lebih dari satu.
Sudah waktunya kita ajarkan ketuhanan dengan benar sehingga kita
tidak berebut tulang tanpa isi. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa
mengamalkan nilai-nilai ketuhanan dengan benar itulah yang amat penting
dalam hidup ini. Bagi orang Indonesia , menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai ketuhanan dengan benar merupakan penegakan Sila yang
pertama.
Ajaran pokok yang kedelapan: raja agama sesungguhnya
raja penipu. Sebagaimana telah diterangkan bahwa agama adalah jalan
hidup. Oleh karena itu, agama harus diajarkan untuk menjadi jalan hidup,
sehingga pemeluk agama bisa hidup tenang, bahagia dan bersemangat dalam
menjalani hidup. Agama harus diajarkan untuk menjadi landasan moral dan
perilaku, sehingga agama benar-benar sebagai nilai luhur dan menjadi
rahmat bagi semesta alam.
Syekh tidak ingin membohongi masyarakat Jawa, oleh karena itu agama islam diajarkan dengan cara yang pas bagi bumi dan manusia Jawa. Untuk hal itu diperlukan penafsiran, dan tidak disebarkan dalam bentuk budaya asalnya. Agama tidak disebarkan dengan kekuasaan raja, sebab menurut Syekh raja yang memanfaatkan agama adalah raja penipu. Sering terjadi bahwa untuk memenuhi kepentingan penguasa, agama dijadikan alat menguasai rakyat. Agama yang seharusnya dikuasai oleh rakyat, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat yang dikuasai oleh agama.
Syekh tidak ingin membohongi masyarakat Jawa, oleh karena itu agama islam diajarkan dengan cara yang pas bagi bumi dan manusia Jawa. Untuk hal itu diperlukan penafsiran, dan tidak disebarkan dalam bentuk budaya asalnya. Agama tidak disebarkan dengan kekuasaan raja, sebab menurut Syekh raja yang memanfaatkan agama adalah raja penipu. Sering terjadi bahwa untuk memenuhi kepentingan penguasa, agama dijadikan alat menguasai rakyat. Agama yang seharusnya dikuasai oleh rakyat, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat yang dikuasai oleh agama.
Jika di Eropa pada abad ke-19 orang-orang mulai mempertanyakan
peranan agama, dan bahkan ada yang memandang bahwa agama sebagai candu
bagi masyarakat dan harus disingkirkan dari gelanggang kehidupan
bernegara, maka empat ratus tahun sebelumnya Syekh Siti Jenar justru
ingin menerapkan agama sebagai penyegar dan pencerah bagi pemeluknya.
Oleh karena itu, agama diajarkan tanpa melibatkan kekuasaan negara. Di
sinilah Syekh bertabrakan dengan kepentingan Walisanga.
Syekh amat sadar bahwa di dunia ini penuh dengan tipu daya. Hampir di
semua negara pada waktu itu terjadi relasi keuasaan antara
raja/penguasa dengan para tokoh agama. Dengan kata lain, raja dan tokoh
agama berbagi kekuasaan. Yang dikuasai dan yang dijadikan pijakan hidup
oleh raja dan tokoh agama adalah rakyat. Inilah yang oleh Syekh disebut
sebagai penipuan. Oleh karena itu, sudah waktunya agar agama benar-benar
menjadi milik masyarakat, dan negara tidak mengurusi agama. Yang
diurusi oleh negara adalah tegaknya hukum positif, perlindungan bagi
setiap orang tanpa memandang agama dan kepercayaannya. Yang diurusi oleh
negara adalah kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.
Ajaran pokok yang kesembilan: segala sesuatu di alam semesta adalah
Wajah-Nya. Inilah ajaran puncak dari Syekh Siti Jenar. Dunia adalah
manifestasi wujud yang satu, dan hakikat keberadaan bukanlah dualitas.
Sehingga, kemana pun kita hadapkan diri kita, maka sesungguhnya kita
senantiasa menghadap Wajah-Nya. Semua adalah penampakan Wajah-Nya. ini adalah dua bait puisi dari Syekh Siti Jenar.
Bersanggama dalam keberadaan
diliputi yang ilahi
hilanglah kehambaannya
lebur lenyap sirna lelap
digantikan keberadaan Ilahi
kehidupannya
adalah hidup Ilahi
diliputi yang ilahi
hilanglah kehambaannya
lebur lenyap sirna lelap
digantikan keberadaan Ilahi
kehidupannya
adalah hidup Ilahi
Lahir batin keberadaan sukma
yang disembah Gusti
Gusti yang menyembah
sendiri menyembah-disembah
memuji-dipuji sendiri
timbal balik
dalam hidup ini
yang disembah Gusti
Gusti yang menyembah
sendiri menyembah-disembah
memuji-dipuji sendiri
timbal balik
dalam hidup ini
Jadi, pada puncak perenungan dan keheningan diri terjadilah
penegasian eksistensi diri yang terkurung raga. Ditegaskan bahwa
kehambaan telah lenyap, sudah hilang. Bila kehambaan masih tetap eksis
maka di alam semesta ini masih berada dalam keadaan dualitas. Keadaan
inilah yang menyebabkan orang terpisah dengan Tuhannya, meskipun secara
konseptual diketahui bahwa Sang Pencipta lebih dekat daripada urat
lehernya. Akan tetapi, selama keadaan dualitas belum sirna maka secara
faktual Tuhan masih jauh daripada urat lehernya, karena Tuhan dianggap
berada di luar dirinya.
Ada dualitas artinya kita mengakui ada dua keberadaan, yaitu ada yang
inferior (keberadaan yang kualitasnya lebih rendah) dan ada yang
superior (keberadaan yang kualitasnya lebih tinggi). Jika demikian,
kedua jenis keberadaan itu tumbuh melalui proses. Semua yang tumbuh
melaui suatu proses, bukanlah keberadaan yang kekal. Dan, bilamana tiada
keberadaan yang kekal, maka tak mungkin ada fenomena atau penampakan di
alam semesta.
Kita hidup di dunia ini karena kita kanggonan (didiami) urip (hidup)
yang diberikan oleh Tuhan. Namun, badan jasmani ini hanyalah fenomena
yang terikat oleh ruang, waktu, situasi psikologis. Hakikatnya badan
jasmani ini tidak ada karena badan jasmani ini seperti gambar yang
menumpang di layar perak atau layar kaca. Kalau layar digulung atau
dimatikan ya lenyaplah fenomena tersebut. Jadi, memang benar bahwa dunia
ini panggung sandiwara, dan kita adalah pemain-pemain sandiwara. Oleh
karena itu, kita harus dapat memainkan peran kita masing dengan baik.
Lalu, apa sasaran utama pelenyapan dualitas? Sasaran pokoknya adalah
menumbuhkan kesadaran akan ke-Satu-an, Oneness, dalam kehidupan ini,
baik kehidupan kita sebagai individu maupun secara kolektif. Dengan
lenyapnya perasaan dualitas dalam hidup ini, maka jarak antara kawula
dan Gusti akan hilang. Akan lahir individu-individu yang menjadi dirinya
sendiri, dan dalam kehidupan sosial akan tercipta interaksi antar
warganya secara tim, sehingga semua akan memenuhi fungsinya
masing-masing dalam kehidupan. Sekat antara pemimpin dan yang dipimpin
akan hilang, dinding penyekat antara raja dan rakyatnya akan runtuh.
Bila ini sudah terjadi, maka tak akan ada lagi eksploitasi terhadap
sesama manusia.
Pelenyapan sekat antara kawula (hamba, rakyat, atau bawahan) dan
Gusti (raja, pemimpin, atau atasan) akan melahirkan satu keberadaan yang
disebut Manunggaling Kawula Gusti. Keberadaan MKG ini akan menggugurkan
kehidupan yang berkasta dan merontokkan feodalisme. Relasi sesama
manusia berupa simbiose mutualisme, yaitu hubungan yang saling
menguntungkan. Sesama manusia hidup dalam suasana liberte, egalite dan
fraternite, yaitu hidup dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan
antara sesama manusia di dunia ini. Dari sinilah Syekh membangun
hubungan warga dengan wadah yang disebut masyarakat, yang tidak dijumpai
di Timur Tengah pada waktu itu.
Memang masyarakat merupakan kosa kata yang dibentuk dari unsur-unsur kata Arab, yaitu dari syarika yang artinya menjadi sekutu; dan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bersekutu. Jadi, setiap anggota masyarakat itu seperti sel-sel tubuh yang independen, namun selalu berinteraksi sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Setiap anggota masyarakat mengetahui tugasnya. Terciptalah jalinan kasih. Inilah surga yang sesungguhnya yang harus diwujudkan di dunia ini. Dengan demikian, konsep MKG sebenarnya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam mencapai kejayaan!
Memang masyarakat merupakan kosa kata yang dibentuk dari unsur-unsur kata Arab, yaitu dari syarika yang artinya menjadi sekutu; dan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bersekutu. Jadi, setiap anggota masyarakat itu seperti sel-sel tubuh yang independen, namun selalu berinteraksi sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Setiap anggota masyarakat mengetahui tugasnya. Terciptalah jalinan kasih. Inilah surga yang sesungguhnya yang harus diwujudkan di dunia ini. Dengan demikian, konsep MKG sebenarnya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam mencapai kejayaan!
*) Ir. Achmad Chodjim MM, adalah penulis buku “Syekh Siti jenar:
Makna Kematian (jilid 1)”, “Syekh Siti Jenar: Makrifat dan Makna
Kehidupan (jilid 2)” dan “Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar